Tulisan kali ini saya buat sebagai curhatan saya untuk postingan berjudul sama.
Gak bisa dipungkiri bahwa manusia pasti akan merasakan cinta. Seiring jalannya cinta pasti akan datang benci (bergantung masing-masing pribadi loh yang menafsirkan benci disini apa). Mungkin untuk sebagian orang cinta itu klise. Tapi toh pada akhirnya kita semua harus mengakui bahwa cinta itu memang ada dan tak pernah kita ketahui kapan datangnya.
Saya pernah mencintai seorang pria. Sebut sajalah namanya Ramadhan. Karena dia memang dilahirkan pada bulan suci Ramadhan. Proses perkenalan kami berlangsung tidak terlalu lama. Sampai pada akhirnya kami pacaran (asiiikkk….). Dia orang sibuk. Maklum pencinta seni. Awalnya saya pikir saya akan terbiasa dengan segala kesibukkannya. Tapi ternyata tidak, saya lebih sering merasa kesepian padahal dia sudah sering memberikan perhatiannya pada saya. 6 bulan waktu yang sangat singkat untuk memaknai hubungan itu. Ngobrol, bercanda, tertawa. sampai akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Meninggalkan banyak cerita misterius dibaliknya. Dan akhirnya aku harus merelakannya menjalin cinta dengan perempuan lain.
Perempuan yang dalam fikiranku adalah perempuan terakhir yang memungkinkan untuk jadi kekasihnya. Ya, sahabatku sendiri. Salah satu teman saya berkata “dia (sahabat saya itu) jadian tanggal 22 Desember kemaren”. (saya masih pacaran dengan ramadhan). Dan saya terkejut melihat beberapa kalimat di salah satu jejaring social “berpacaran dengan ramadhan, sejak 22 desember. (jelegerrrr…). Padahal yang saya ketahui mereka menjalin hubungan bulan maret.
Perempuan yang dalam fikiranku adalah perempuan terakhir yang memungkinkan untuk jadi kekasihnya. Ya, sahabatku sendiri. Salah satu teman saya berkata “dia (sahabat saya itu) jadian tanggal 22 Desember kemaren”. (saya masih pacaran dengan ramadhan). Dan saya terkejut melihat beberapa kalimat di salah satu jejaring social “berpacaran dengan ramadhan, sejak 22 desember. (jelegerrrr…). Padahal yang saya ketahui mereka menjalin hubungan bulan maret.
Sampai hari inipun luka itu masih tersisa. Menyisakan lubang menganga yang tak lagi mampu disumbat kapas untuk menahan aliran darahnya.
Aku sudah memaafkannya. Benar-benar sudah memaafkannya. Tapi itu semua belum bisa menutup lubang yamg menganga itu.
mungkin bodoh kalau pesahabatan kita rusak hanya karena "orang ketiga". tapi akan sangat berbeda ketika sendiri yang mengalaminya.
satu yang saya tahu sampai hari ini. saya memang benar menyayangi mereka berdua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar