Kamis, 16 Juni 2011

Kasih (dirimu, aku, dan ayahku)... 1

Hai apa kabarmu? Semoga kau disana baik-baik saja. Aku? Aku baik-baik saja, seperti yang kau lihat. Kau bisa melihatku dari sana kan? Aku masih suka memikirkanmu akhir-akhir ini. Entah bagaimana caranya agar aku bisa melupakanmu. Aku masih sering merindukanmu. Apa kau juga merindukanku?
Kau tahu? Akhir-akhir ini aku sering bertingkah konyol untuk membantuku melupakan semua hal tentangmu. Tapi percuma. Aku tetap merindukanmu. Sangat merindukanmu.
Aku ingat kau pernah berkata “ada beberapa hal yang tak bisa manusia lupakan dalam menjalani kisah hidupnya” dan kali ini, yang tidak bisa aku lupakan adalah semua hal tentangmu. Matamu, deretan gigi putihmu, senyummu, kata-kata bijak yang sering keluar dari mulutmu, tubuh jangkungmu, rambut lurusmu, berjalan di sampingmu, aroma tubuhmu. Dan tingkah bodoh yang sering kau lakukan.

Aku mencintaimu. Aku tak pernah menyangka ini akan terjadi. Akhir yang menyedihkan. Aku sangat mencintaimu. Kau membuatku mengerti artinya cinta.
Sial, aku mulai menangis lagi sekarang. Airmata ini sudah terlalu sering ku keluarkan untukmu. Kapan kau akan pergi dari pikiranku?
Kasih. Aku benar-benar mencintaimu.
******************************************************************
CASCATA RIZKY ZOLA
22 Agustus 1989 – 25 November 2006
A beloved son, brother, and friend
Semoga tenang di sisi Tuhan

Sungguh tidak adil. Ketika sekelompok orang tengah hanyut dalam khusyuknya doa yang mengantar orang yang mereka cinta ketempat peristirahatan terakhirnya, matahari justru bersinar riang seolah tak merasakan kepedihan yang menyayat orang-orang berbaju hitam yang mengerubungi sebuah pemakaman dengan isak tangis yang pecah.
Upacara pemakaman telah selesai. Kerumunan orang berbaju hitam yang tadi menyemut kini mulai melangkah meninggalkan pemakaman. Seorang pria berbadan tegap terlihat menuntun isterinya yang belum rela meninggalkan anak mereka terbujur kaku sendiri di dalam tanah yang gelap. Apa yang akan dilakukan para malaikat setelah mereka semua pergi dari sana? Memberinya selamat atas semua kebaikkan yang telah dilakukan sang mayit selama ia masih hidup di dunia. Atau justru mulai memberikan siksa kubur atas semua kesalahan yang ia perbuat. Bukankah kita tidak mungkin mengetahuinya?
Tapi belum semua. Belum semua pelayat meninggalkan pemakaman. Masih ada seorang gadis yang duduk bersimpuh memandang lurus ke arah batu nisan yang baru saja terpasang di atas tanah merah yang masih basah. Masih tertegun. Belum percaya akan apa dan siapa yang kini berada di dalam tanah merah yang dingin di pemakaman ini. Secarik kertas di tangannya membuatnya makin menyesali keterlambatannya untuk menyadari semua, untuk mengetahui ketulusan si penulis. Tuisan rapih dan tipis yang sudah sangat ia kenal kembali memaksanya memutar ulang kehidupan yang pernah mereka lalui bersama. “tulisan kamu kayak perempuan deh”. “oh ya? Kenapa?”. “ya, tulisan laki-lakikan biasanya berantakan”. “gak semuanya kok, aku enggak”. Benar. Dia memang berbeda. Perhatiannya, ketulusannya, rasa cintanya. Semuanya berbeda. “kamu pake lip gloss ya? Gak cocok deh pake warna yang itu. Besok pake yang lebih soft ya”. Bahkan hal kecil seperti lip gloss pun tak luput dari perhatianya. Tulisan tipis ini, membuat otaknya kembali memutar drama-darma cinta dengan soundtrack indah dimana cinta sepertinya akan terus bersemi. Namun kini semua berubah menjadi ironi.
Kaukah yang orang sebut cinta sejati? Kaukah yang orang sebut belahan jiwa? Tapi kenepa kau hiang terlalu cepat? Aku tahu ini yang terbaik untuk kita, untuk semua. Aku tak pernah menyalahkanmu atas apa yang terjadi. Tidak akan. Indah pernah mengenalmu. Kau harus bahagia di sana. Kita pasti ketemu lagi. Suatu saat nanti di surga. Kasih. Kau harus menungguku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar